Click here to go to blog index

 

madep

openingstandingpresenting

Neo-vernacular approach in architecture, as a “National cultural-strategy”, (Indonesia case)

 

 

Rudyanto Soesilo

[email protected]

Department of Architecture, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Indonesia

 

Abstract: Until now, the Modern movement and recently Neo-modern movement, spread and covering the whole world, including Indonesia as a developing country. We call it “Internationalism”. That happen too in architecture, the whole wide world have the same experience and facing the same cube, box, glass, steel and metal, we all find the same architecture all over the world.

After 1970s the rise of Postmodernism and Postmodern architecture - a linguistic and semiotic approach to architecture - give opportunity to the rise and revival of vernacular, traditional and local culture include the vernacular architecture. The forgetting of local vernacular architecture creates a strange atmosphere to indigenous people live in it; inhabitants become “alien” in their own habitat.

 Indonesia has a very large amount of local vernacular architecture!! It’s a part of our advantages that we should treat carefully, we can posit it as our “Cultural Strategy” facing the eroding effect of cultural globalization, and utilize it as an effort to decrease the alienation effect to our Indonesian people, whilst we can use it as a part of our Creative economy as one of the latest national economic policy.

The Neo-vernacular architecture can give a new silhouette of Indonesian cities, familiar to the inhabitants who, nota-bene,is the indigenous Indonesian people – and as a background of all the activities of the people and a show-off to the outer-world about our local vernacular architecture that now being a hybrid neo-vernacular architecture, a modern technology but a vernacular style in architecture nowadays.

 

Keywords (Bold, 11 font size): neo-vernacular, architecture, cultural strategy, Indonesia.

 

Abstrak:Hingga saat ini, pergerakan Modern dan pergerakan Neo-modern, menyebar dan melingkupi seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Kami menyebutnya "Internasionalisme". Fenomena itu juga terjadi dalam arsitektur, seluruh dunia mencicipi pengalaman yang sama dalam berarsitektur, merasakan ruang-ruang kubistis, kotak-kotak kaca, deretan struktur baja dan tebaran logam dimana-man, hampir diseluruh penjuru dunia, kita merasakan arsitektur yang sama.

Setelah 1970an muncullah Postmodernisme dan arsitektur Postmodern - pendekatan linguistik dan semiotik terhadap arsitektur – yang memberi kesempatan pada kebangkitan dan kebangkitan budaya lokal dan tradisional diantaranya adalah arsitektur vernakular. Tergerusnya arsitektur vernakular- lokal-tradisional menciptakan atmosfir yang aneh bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya,masyarakat  menjadi "asing" di habitat yang notabene tanah-air mereka sendiri.

 Indonesia memiliki perbendaharaan arsitektur vernakular yang sangat kaya!! Ini merupakan suatu modal bagi kita yang harus kita tangani dengan hati-hati, dari modal itu, kita dapat mengangkatnya sebagai sebuah "Strategi Budaya" menghadapi gerusan dampak globalisasi budaya yang mengikis kebudayaan lokal. Kita  dapat memanfaatkannya sebagai upaya untuk mengurangi rasa keterasingan terhadap warga dirumahnya sendiri. Juga kita dapat memanfaatkannya sebagai bagian dari “Ekonomi Kreatif” yang merupakan salah satu kebijakan ekonomi nasional terkini.

Arsitektur Neo-vernakular dapat memberi siluet baru bagi kota-kota di Indonesia, tidak lagi asing bagi penduduknya dan sebagai latar-belakang semua aktivitas masyarakat dan sekaligus menjadi etalase bagi dunia-luar – tentang keberadaan arsitektur vernakular kita yang sekarang menjadi arsitektur neo-vernakular hibrida, menggunakan teknologi modern namun berlanggam vernakular sebagai solusi arsitektur masa kini.

Kata kunci 

neo-vernacular, arsitektur, strategi budaya, Indonesia. 

click here

Keywords: neo-vernacular, architecture, cultural strategy, Indonesia.

Share :
     
A. RUDYANTO SOESILO

About me :

Foto Pidato Lustrum I UnikaPidato Dies Natalis XXIX, 5 Agustus 2011Presenting Unity in Diversity ConservationCertificate of the Best paper AwardPembicara utama Seminar Arsitektur PopulisWebinar pembukan Program Doktor Arsitektur Digital

 

  Facebook account

Untuk para pengagum kehidupan, pemikiran, seni, musik dan arsitektur yang berkarya, belajar, mengagumi, mencintai dan ingin menyemaikan nya.

 :

Dr.Ir.A.Rudyanto Soesilo MSA

Lecturer - Architect - Composer 

 :

 :

NB: bila anda membuka blog ini, beri koment n alamat email anda agar dapat berdiskusi, Nuwun